PTK “UPAYA PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMBACA AL-QUR’AN DENGAN TARTIL MELALUI METODE DRILL PADA SISWA KELAS XII IPA-1 SMAN MODEL TERPADU BOJONEGORO

Al-Qur’an merupakan kitab suci yang terakhir di turunkan Allah SWT kepada Nabi Muhammad SAW sebagai mukjizat dan rahmat. Di dalamnya terkandung wahyu yang menjadi petunjuk pedoman, dan pelajaran bagi manusia dan membacanya merupakan ibadah yang pahalanya sangat banyak.

Dalam membaca Al Qur’an hendaknya di baca dengan tartil dan benar.  Allah SWT berfirman :

 وَرَتِّلِ الْقُرْاٰنَ تَرْتِيْلًاۗ

Artinya dan bacalah Al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan. (Q.S. Al-Muzzammil [73]: 4)

Tartil adalah membaca Al-Quran secara perlahan, tidak tergesa-gesa dan sesuai kaidah tajwid sebagaimana dalam firman-Nya warattilil qurana tartilan. Dewasa ini, membaca Al-Quran secara tartil agaknya diabaikan, entah karena ketidak tahuan, atau karena memburu banyaknya juz yang di baca.

Padahal membaca Al-Quran dengan tartil sangat lah dianjurkan dalam syariat Islam. Tidak sekadar karena Al-Quran menggunakan Bahasa Arab, tapi karena seperti itulah yang diajarkan oleh Nabi Muhammad saw. Bahkan Nabi Muhammad sendiri yang asli orang Arab dan disebut-sebut paling fasih dalam mengucapkan huruf dhad, berulang kali dipergoki membaca Al-Quran secara tartil. Beliau membaca Al-Quran dengan pelan serta berhati-hati, jauh dari seperti membaca seenaknya sendiri sebab beliau adalah orang Arab.

Dalam hadis yang diriwayatkan dari Ya’la ibn Mamlik yang menceritakan bagaimana Ummi Salamah menceritakan salat Nabi, disebutkan:

ثُمَّ نَعَتَتْ قِرَاءَتَهُ فَإِذَا هِىَ تَنْعَتُ قِرَاءَةً مُفَسَّرَةً حَرْفًا حَرْفًا

Ummi Salamah lalu menggambarkan cara membaca Nabi Muhammad. Saat itu Ummi Salamah mempraktikan membaca dengan memperjelas setiap satu persatu huruf. (H.R. Imam At-Tirmidzi)

Dalam hadis lain yang diriwayatkan oleh ‘Abdullah ibn Mughaffal disebutkan:

رَأَيْتُ النَّبِىَّ – صلى الله عليه وسلم – يَقْرَأُ وَهْوَ عَلَى نَاقَتِهِ وَهْىَ تَسِيرُ بِهِ وَهْوَ يَقْرَأُ سُورَةَ الْفَتْحِ قِرَاءَةً لَيِّنَةً يَقْرَأُ وَهْوَ يُرَجِّعُ

Aku melihat Nabi Muhammad salallahualaihi wasallam membaca Al-Quran sementara ia di atas untanya. Si unta berjalan dan Nabi membaca Surat Al-Fath dengan lembut. Nabi membaca dengan mengulang-ulang suara (HR. Imam Bukhari).

Dalam riwayat lain disebutkan, Nabi Muhammad membaca basmalah dengan memanjangkan “bismillaah”, memanjangkan “ar-rahmaan”, dan memanjangkan “ar-rahiim”. Nabi juga membaca Al-Quran dengan memotong ayat per ayat, tidak menggandengkan ayat satu dengan ayat lain dengan sekali nafas.

Berbagai keterangan di atas menunjukkan, membaca Al Quran secara tartil dianjurkan dalam Islam. Oleh karena itu, para ulama melarang secara ceroboh membaca Al-Quran secara cepat. Sahabat Ibn ‘Abbas berkata: “Membaca satu surat dengan tartil lebih aku sukai dari pada membaca Al-Quran seluruhnya”. Imam Mujahid menyatakan, bila ada dua orang dalam waktu yang sama, yang satu hanya membaca Al-Baqarah dan yang satu membaca Al-Baqarah serta Ali Imran, maka yang hanya membaca Al-Baqarah sajalah yang lebih baik menurutnya.

Al-Qur’an merupakan sebaik-baik bacaan bagi orang mukmin. Saat      sedih atau duka, Al-Qur’an pantas untuk di baca. Bahkan membaca Al-Qur’an bukan saja menjadi amal ibadah, tetapi juga merupakan obat dan penawar gelisah hati dan jiwa. Demikian tinggi dan luhurnya fungsi Al-Qur’an bagi kehidupan seorang mukmin, maka setiap mukmin memiliki kewajiban dan tanggungjawab untuk mempelajarinya dan mengajarkannya

Sekolah itu sendiri merupakan salah satu bagian dari tri pusat pendidikan bagi anak selain di lingkungan keluarga dan lingkungan sekitar (masyarakat). Sehingga sekolah merupakan suatu wadah bagi anak untuk memperoleh pengetahuan serta keterampilan, dan di sekolah pula tempat anak mengembangkan segala potensi yang dimiliki secara maksimal.

Dalam pasal 1 ayat 1 UU No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mendefinisikan pendidikan nasional sebagai : “usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran, agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. [1]

Di SMAN Model Terpadu Bojonegoro, peneliti menemukan problematika mengenai prestasi belajar membaca Al Qur’an siswa kelas XII IPA-1 yang masih rendah, masih banyak siswa yang belum mampu membaca Al Qur’an dengan tartil. Dari 34 siswa yang memenuhi syarat KKM baru 20 anak yang lulus. masih ada siswa yang terbata-bata dalam membaca Al-Qur’an dan juga belum menggunakan tajwid dalam membaca Al-Qur’an.

Data di atas merupakan hasil penelitian penulis selaku guru mata pelajaran Pendidikan Agama Islam di kelas XII IPA-1, dimana mayoritas peserta didik masih tergolong rendah hasil belajarnya dalam kelancaran dan kefasihan membaca Al-Qur’an, kemudian penerapan tajwidnya.

Dari fenomena-fenomena dan gejala-gejala di atas, dapat diketahui bahwa kemampuan siswa dalam membaca Al Qur’an masih rendah. Hal ini dikarenakan latar belakang siswa yang belum lancar dalam membaca Al  Qur’an sejak SLTP ditambah minimnya metode pembelajaran PAI khususnya dalam peningkatan keterampilan membaca Al Qur’an . Akibatnya kemampuan membaca Al Qur’an masih rendah. Dalam hal ini guru dituntut untuk lebih kreatif dalam mempersiapkan pelajaran yang akan dikembangkan. Hal ini tentunya akan mempengaruhi motivasi siswa untuk  belajar lebih rajin sehingga memperoleh hasil belajar yang tinggi. Selain itu, guru harus pandai memilih jenis metode pembelajaran yang relevan dengan materi yang akan disampaikan. Salah satunya yang paling efektif adalah metode drill.

Djamarah dan zein menyatakan bahwa “drill” adalah latihan dan praktek yang dilakukan berulang kali atau kontinue yang bertujuan untuk mendapatkan keterampilan dan ketangkasan praktis tentang pengetahuan yang dipelajari. Lebih dari itu diharapkan agar pengetahuan atau keterampilan yang telah dipelajari itu menjadi permanen, mantap dan dapat dipergunakan setiap saat oleh yang bersangkutan[2].

Keunggulan metode drill adalah sebagai berikut: Siswa akan memperoleh ketangkasan dan kemahiran dalam melakukan sesuatu sesuai dengan apa yang dipelajari, Dapat menimbulkan rasa percaya diri bahwa siswa yang berhasil dalam belajarnya telah memiliki suatu keterampilan khusus yang berguna kelak kemudian hari, Guru lebih mudah mengontrol dan dapat membedakan mana siswa yang disiplin dalam belajarnya dan mana yang kurang dengan memperhatikan tindakan dan perbuatan siswa disaat berlangsungnya pengajaran.

Berpijak dari permasalahan yang telah di paparkan di atas, penulis  tertarik untuk mengadakan penelitian tentang “Upaya Peningkatan Keterampilan membaca Al Qur’an dengan tartil melalui Metode Drill Pada Siswa Kelas XII IPA-1 SMAN Model Terpadu Bojonegoro Tahun Pelajaran 2021-2022”.

Kesimpulan penelitian tindakan kelas menunjukkan bahwa penggunaan metode drill dapat meningkatkan keterampilan membaca Al Qur’an dengan tartil siswa kelas XII IPA-1 SMAN Model Terpadu Bojonegoro Tahun Pelajaran 2021/2022. Hal ini dapat dilihat dari hasil belajar siswa pada Siklus I dengan tingkat ketuntasan belajar yang awalnya 53% meningkat menjadi 67%, sedangkan rata-rata skor hasil belajar siswa meningkat dari 64 menjadi 71. Pada Siklus II tingkat ketuntasan belajar meningkat menjadi 83% dan rata-rata skor menjadi 77,7, sedangkan pada Siklus III tingkat ketuntasan belajar meningkat hingga mencapai 99% dan rata-rata skor menjadi 81, 7.

[1] Undang-undang Republik Indonesia, No 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 1

[2] Djamarah dan aswara Zain, Metode Belajar Mengejar, (Jakarta: Rineka Cipta, 2006), 95.

Peneliti : Nasrudin, S.Pd.I (Guru PAI SMAN Model Terpadu Bojonegoro)