NASKAH DESKRIPSI MUSIKALISASI PUISI DALAM RANGKA PERINGATAN HARI GURU

Bojonegoro, 25 November 2019

NASKAH DESKRIPSI MUSIKALISASI PUISI

 

Oleh Fitria Kusuma Wardani

Aming Aminoedhin

“OEMAR BAKRI MASA KINI”

*atas lagu Iwan Fals

  1. Rangsangan Awal

     Ketika kita pertama kali mengenal sebuah musik, biasanya kita mengamati akustiknya : melodi (lagu), ritme, tempo, warna nada (tone colour), dan lain-lain. Menurut Leo Tolstoy, mengemukakan bahwa seni merupakan sarana komunikasi perasaan manusia, dan adanya transfer of feeling (pemindahan atau penularan perasaan). Kami menafsirkan karya Aming Aminoedhin Oemar Bakri Masa Kini atas lagu Iwan Fals, mendekati pendapat Shin Nakagawa dalam bukunya  Musik dan Kosmos Sebuah Pengantar Etnomusikologi akan menjelaskan dengan menggunakan istilah teks dan konteks.

Menurut Prof. Shin Nakagawa teks artinya :

“ kejadian akustik, sedangkan konteks adalah suasana, yaitu keadaan yang dibentuk oleh masyarakat pendukung musik tersebut. Kata teks biasanya diterjemahkan dengan syair lagu, namun dalam pembahasan ini bukan itu. (Nakagawa, 2000;6).

Jadi dapat penulis simpulkan, apabila kita akan menganalisis struktur musik Oemar Bakri karya Iwan Fals harus menghubungkannya dengan unsur kebudayaan masyarakat itu sendiri (masyarakat pendukungnya) atau menghubungkan teks dengan konteksnya, bahwa musik merefleksikan budaya dimana musik menjadi bagiannya.

Apakah kita tidak perlu menganalisis teks?  Perlu ! kita harus menganalisisi teks dalam rangka menganalisis konteks. Misalnya, untuk mengerti struktur musik Iwan Fals “Oemar Bakri”, kita akan lebih berhasil apabila mengetahui musikalitas dan struktur musik penciptanya:  misalnya   adanya pembagian dua dalam ide kosmos (langit dan bumi, matahari dan bulan), serta tingkatan-tingkatan lain yang ada dalam bahasa puisi.

Setelah mengetahui masalah tersebut (konteks), baru kita bisa mengerti teks (struktur musiknya). (Nakagawa, 200 :7). Lebih lanjut akan dikemukankan penjelasan mengenai bunyi, warna suara (timbre), dan tempo, harmoni, bentuk lagu, nada (tone), irama dan tangga nada.

  1. Bunyi

Bunyi berada di dalam ruang dan waktu sehingga kehadirannya tak terhingga. Dalam hubungannya dengan musik kita membedakan pengertian bunyi, nada dan suara. Apabila suara mempunyai pengertian yang bersifat umum, nada mempunyai pengertian tak terbatas, bunyi mempunyai pengertian lebih luas. Bunyi mempunyai sifat-sifat tertentu yang dapat dianalisa, bunyi mempunyai volume durasi, kualitas, kuantitas, intensitas, bentuk, dinamika, warna, jangkauan, gerak, bobot, karakter dan sebagainya. Sifat-sifat tersebut menyatu di dalam bunyi dan tidak dapat dipisahkan satu sama lain. (Hardjana, 1983:66)

  1. Warna Suara (Timbre)

Timbre adalah suatu sifat dari suara manusai atau instrumen karena beda intensitas dan banyaknya harmonik dan sub harmonik sehingga dapat membedakan instrumen yang satu dengan instrumen yang lain. Timbre dalam seni musik sering juga disebut dengan warna suara.

  1. Tempo

Irama sebuah lagu juga berkaitan dengan tempo. Tempo adalah kecepatan lagu, yaitu banyaknya ketukan (beat) dalam satu menitnya. Ukurannyan adalah Metronom Maelzel (MM). Contoh, sebuah lagu memiliki ketukan 40 MM. Ini berarti dalam satu menit, terdapat 40 ketukan dan satu ketukan dinyatakan dengan not ¼.

  1. Harmoni

Harmoni menjadi sangat dibutuhkan ketika musikalisasi puisi sudah sampai pada tahap orkestrasi yang melibatkan unsur instrumen musik iringan. Pada tahap ini peran iringan adalah memadukan unsure melodi, ritme, tempo, dinamika, serta ekspresi lagu. Harmoni selalu dikaitakan dengan keselarasan, dan kesimbangan antara unsur  yang satu dengan lainnya.

Pengertian praktis dan sederhana, harmoni dalam musik diatonik adalah dua nada atau lebih (dwinada, trinada) pada tangga nada diatonik dibunyikan secara bersamaan yang menghasilkan perpaduan nada yang harmonis. Perkembangan berikutnya, gabungan nada-nada tersebut dikelompokkan menjadi tingkatan-tingkatan akor (harmoni) yang kelak akan sangat memberi dukungan pada penyajian lagu.

Pada praktik penyajian musikalisasi puisi, peran harmoni ini ditumbuhkan kepada instrumen harmonis, seperti (yang paling ringan) adalah gitar. Gitar merupakan alat paling sederhana dan relatif mudah dalam membentuk harmoni dalam musikalisasi puisi.

  1. Bentuk Lagu

Bentul lagu yang dimaksud adalah komposisi lagu secara tertulis/tekstual. Bentuk lagu akan tergantung kepada tipografi lirik yang diikutinya. Kalimat lagu akan disesuaikan dengan struktur pembaitan puisi yang dimusikkan.

  1. Nada (Tone)

Nada merupakan bagian terkecil dari lagu. Nada (tone) dalam pengertian musik adalah suara yang mempunyai getaran tertentu dan mempunyai ketinggian tertentu. Nada dalam  tangga nada diatonik mempunyai jarak interval tertentu juga. Dalam kegiatan musikalisasi puisi nada merupakan unsur  dasar.

Nada-nada (tone) di atas akan bermakna jika disusun secara horizontal dengan lompatan-lompatan (interval) tertentu. Nada-nada yang disusun secara horizontal dengan lompatan (interval) tertentu itu dinamakan melodi. Melodi inilah yang kemudian menjadi kalimat lagu dan terdiri dari frase-frase serta tema tertentu. Deretan melodi kemudian menjadi lagu.

  1. Tangga Nada

Penggunaan tangga nada berpengaruh besar terhadap penjiwaan puisi. Di dalam musik tangga nada diatonis (terdiri 7 nada pokok dan 5 nada sisipan) merupakan tangga nada yang banyak dipakai dalam musikalisasi puisi, sedangkan tangga nada pentatonic lebih banyak dipakai dalam seni musik tradisional jawa (karawitan) seperti macapat. Penggunaan tangga nada minor dipakai untuk puisi-puisi atau lagu yang berjiwa melankolis, sendu, sedih, duka, pesimistis. Sedangkan tangan nada mayor yang lebih dekat dengan jiwa optimis, gagah, berani, riang, gembira.

 

  1. Tafsir Puisi

Setelah kami membaca dan menganalisis puisi Oemar Bakri Masa Kini  karya Aming Aminoedhin (AA) , memiliki kekhasan dalam tema. Bentuk paradox yang disajikan adalah sebuah dekonstruksi konsep guru sebagai pahlawan tanpa tanda jasa – yang dalam hal ini merujuk pada imaji yang dihasilkan oleh lagu Oemar Bakri karya Iwan Fals. Secara gaya penyajian puisi AA menyajikan gaya khas sindirannya, sebagaimana puisinya yang lain.

Oemar Bakri adalah nama lain yang digunakan AA untuk merujuk pada profesi guru  yang notabene khususnya adalah PNS bersertifikasi, meskipun ada pula guru non-PNS yang telah bersertifikasi. Keprihatinan atas profesi guru (terutama yang bersertifikasi) ditunjukkan dengan pilihan kata berikut ini.

Oemar Bakri masa kini tak lagi naik sepeda butut// nongkrong di atas mobil mengkilat tetap ngebut// meski kredit  belum juga berhenti..

     Simbol fenomena kekininan itu ditafsirkan dengan bahasa simbol pada kata tak lagi naik sepeda butut, diganti dengan mobil mengkilat.
Secara visual tampak bahwa yang menjadi kenyataan pada masa lagu Oemar Bakri  karya Iwan Fals dan puisi Oemar Bakri Masa Kini karya AA memiliki definisi masa yang berbeda.  Dahulu bahwa lagu Oemar Bakri mengikuti jamannya dan menjadi buah bibir masyarakat saat profesi guru menjadi  salah satu tujuan mulia. Kini profesi guru tak lebih hanya alat memperkaya diri dengan mendadak jadi OKB alias Orang Kaya Baru akibat adanya program sertifikasi.

Dengan cerdik AA memotret fenomena evolusi kejiwaan manusia yang tumbuh di masyarakat manakala tunjangan profesi yang bernama  Sertifikasi menjadi kekuatan ekonomi baru. Dengan tujuan utama meningkatkan kualitas pendidikan menjadi lebih profesional, dengan beban dan syarat administrasi yang harus dipenuhi meskipun harus mengada-ada dan merekayasa. Gaya hidup semakin meningkat hutang pun semakin meningkat dan semua itu menjadi kebiasaan tanpa ada lagi yang sadar bahwa telah hilang esensi mulia profesi seorang guru, yakni sesuatu yang bernama : keikhlasan, kejujuran dan harga diri.

Oh pahlawan tanpa tanda jasa.  Oemar Bakri masa lalu telah berlalu selamat datang Oemar Bakri masa kini. Bakri – bakri korban sertifikasi.

  1. Tafsir Musik

Setelah kami mendengar dan menganalisa lagu original Oemar  Bakri karya Iwan Fals (IF), memiliki  keunikan dalam pemilihan instrumen alat musik dan teknik permainan yang disajikan mengelitik perasaan pendengarnya. Dan itu menjadi pilihan kami untuk menterjemahkan dan menafsirkan komposisi secara utuh. Pemilihan berbagai karakter  bunyi yang dapat mewakili suasana yang diinginkan  dalam  puisi Oemar Bakri Masa Kini karya Aming Aminoedhin (AA), di bawakan  dalam bentuk opera yang jenaka antara kombinasi vokal dan instrumen musik.

Dalam pertunjukan kali ini kami menyajikan komposisi duet vokal yang dinyanyikan oleh dua orang yang berbeda-beda, Suara tinggi perempuan sopran dan  suara sedang laki-laki baritone. Untuk menggambarkan tempo lagu yang diinginkan kami memilih tiga kelompok, yaitu tempo cepat ( > MM 120) antara lain meliputi Allegro, yang berarti cepat. tempo sedang (MM 76 – 120) antara lain meliputi Andante, yang berarti sedang seperti orang berjalan., tempo lambat (MM 40 – 76) antara lain meliputi Adagio, yang berarti lambat dengan perasaan. Seperti pada bagian puisi di bawah ini di bawakan secara jenaka dengan tempo sedang Andante.

Oemar Bakri masa kini tak lagi jadi naik sepeda buntut

Nongkrong di atas mobil mengkilat, tetap ngebut

Meski kredit belum juga berhenti. Meski tas, tak lagi kulit buaya

Tapi laptop bersama modem tetap on setiap hari

 

Tekstur musik (texture) yang kami munculkan dari puisi “Oemar Bakri Masa Kini” karya Aming Aminoedhin (AA), merupakan hasil gabungan irama, melodi, harmoni, dan komposisi.  Tekstur sebuah komposisi lagu baru terlihat apabila lagu tersebut didengarkan secara keseluruhan dan utuh. Polifon merupakan sajian beberapa (dua atau lebih) melodi yang dinyanyikan secara serempak.  Masing – masing melodi dinyanyikan atau dimainkan sendiri – sendiri sebagai melodi utuh yang memiliki keterkaitan harmonik secara vertikal dengan nada – nada yang dinyanyikan atau dimainkan oleh penyanyi atau pemain lain.

Sedangakan gaya musik yang kami munculkan mengacu pada cara menyajikan melodi lagu, tersambung halus atau terputus – putus. Staccato, artinya putus – putus, Legato/legatura, artinya tersambung dan sforzando, artinya bertekanan. Dalam beberapa bagian lagu tak lupa kami masukkan unsur dinamika seperti crescendo, artinya makin lama makin keras dan  decrescendo, artinya makin lama makin lembut.

 

Oemar Bakri masa kini

Di kelas usai beri instruksi, buka laptop

lihat berita hari ini. Meski lebih banyak waktu disita

chatting via facebook. Meski lebih banyak

berjamaah di dunia maya tanpa henti. Rembug

dari mimpi ke mimpi tak terjangkau tak tergapai

meski telah lama jadi obsesi

 

Seperti penggalan puisi di atas dibawakan dengan gaya opera, penggunaan dinamika ppp = pianissimopossible, berarti selembut-lembutnya. Ornamen legato  tersambung dan decrescendo makin lama makin lembut.

Dalam bagian Ending/Coda pada lagu peran instrumen dimaksimalkan dengan konsep sforzando bertekanan cepat dengan tempo sedang.

Oemar Bakri masa kini

Menulis puisi di dunia maya tanpa henti

Dari hari ke hari

Warna nada/suara (Inggris = tone colour, Jerman = klangfarbe) pada bunyi alat musik yang dapat mewakili karakteristik puisi “Oemar Bakri Masa Kini” karya Aming Aminoedhin seperti gitar, bass, cello, harmonika dan cajon menjadi pilihan kami kali ini atas dasar alat tersebut memiliki warna nada/suara yang berbeda-beda walaupun menghasilakan bunyi yang tinggi dan panjangnya sama. Inilah kekhasan yang dimiliki setiap alat musik.

 

 

 

 

DAFTAR PUSTAKA

Hardjana, Suka. 1983. Estetika Musik Jakarta : Proyek Pengadaan Buku Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorat Pendidikan Menengah Kejuruan. Direktorak Jendral Pendidikan Tinggi. Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan.

Nakagawa, Shin. 2000. Musik dan Kosmos Sebuah Pengantar Etnomusikologi. Jakarta : Yayasan Obor Indonesia.